Indonesia, salah satu eksportir batu bara terbesar di dunia, kini menghadapi tantangan serius di pasar China. Data terbaru menunjukkan bahwa ekspor batu bara RI ke Negeri Tirai Bambu tersebut mengalami penurunan signifikan. Penyebab utama? Persaingan ketat dari Rusia, Mongolia, dan Australia yang menawarkan harga lebih kompetitif serta kebijakan impor China yang berubah.
Persaingan tersebut dinilai membuat permintaan batu bara ke Indonesia turut menurun. Padahal, kata Gita, saat ini penggunaan batu bara di China terpantau masih sehingga membutuhkan impor besar dari Indonesia.
“Padahal biasanya setelah Imlek stok akan menurun, tapi tahun ini justru tetap tinggi. Ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan impor dari Indonesia belum terlalu mendesak karena stock mereka masih cukup,” paparnya.
“Memang ada penurunan ekspor batu bara Indonesia ke China dan India sejak awal tahun ini. Berdasarkan data kami, ekspor ke China hingga Mei 2025 tercatat turun sekitar 15% YoY, dan ke India juga menurun sekitar 7% YoY,” ujarnya.
“Kau coba liat dicek China sama India, dua negara itu produksinya naik, jadi poinnya semua negara mempertahankan inginnya, seperti yang Pak Prabowo sampaikan, semua negara pengen negaranya secure, jadi wajar-wajar di dunia global seperti itu kita ngga usah panik, tapi emang harus siap-siap, misalnya apakah ada potensi untuk Asean,” katanya kepada atxukale, Kamis (26/6/2025).
Menurunnya ekspor batu bara RI ditengarai karena China dan India mengambil dari sumber negara lain seperti dari Rusia dan Mongolia, namun Tri membantahnya.
“Setau saya ngga, bahwa ada ekspor dari sana iya emang ada, tapi Mongolia dari mana dia? Mongolia underground, apabila transportnya jauh dia kemakan dong harganya,” sebut Tri.