ATXUKALE — Jakarta – Direktur PT Prodia Stemcell, Cynthia Retna Sartika mengatakan bahwa penanganan penyakit dengan stem cell atau sel punca tidak sama dengan obat.
“Kalau kita bicara stem cell, bukan sama sekali seperti obat. Penanganan dengan stem cell harus paham betul bagaimana stem cell bekerja,” kata Cynthia.
Saat stem cell diberikan baik lewat injeksi atau topikal ke tubuh pasien, diharapkan tubuh bisa memperbaiki diri sendiri. Bahkan tak jarang, hasil perbaikan terjadi di tempat yang tidak terduga.
Saat penanganan suatu penyakit menggunakan stem cell, perlu diketahui empat hal penting yakni:
1. Identitas sel, bahwa sel yang dimbil benar-benar stem cell.
2. Pure, bahwa sel yang diambil tidak ada sel-sel lain.
3. Potensi, mengetahui potensi stem cell tersebut.
4. Steril dan stabil. Steril maksudnya adalah tidak ada satu mikroba satu pun dan tidak ada kontaminasi.
“Berbeda dengan obat yang bisa dilaser atau dipanaskan (agar steril) tapi kan ini bicara tentang sel ya yang dimana tidak bisa dipanaskan malah mati. Jadi dari awal harus clear tidak ada kontaminasi,” kata Cynthia dalam Prodia Meet The Press pada Senin, 14 Juli 2025.
Stem Cell Bukan Obat Ajaib
Banyak cerita kesuksesan di balik penanganan dengan stem cell tapi Cynthia menegaskan bahwa stem cell bukan obat ajaib.
Orang yang melakukan terapi dengan stem cell harus memahami dengan baik, lalu dokter yang menangani pun memahami dengan baik termasuk jenis penyakit yang bisa ditangani.
“Bila menggunakan kata ajaib itu membuat suatu statement yang akhirnya menyesatkan. Jadi, lebih baik melakukan tindakan itu dengan bijaksana dan sesuai aturan dan kompetensi yang ada,” tuturnya.
Prodia Akuisisi ProStem 30 Persen
Pada 30 Juni 2025, PT Prodia Widyahusada Tbk mengumumkan membeli 30 persen saham ProStem. Hal ini merupakan langkah strategis Prodia untuk masuk sektor bioteknologi.
Prodia mengakuisisi sebanyak 69.512 lembar saham senilai Rp33 miliar dari PT Prodia Utama, pemilik mayoritas sebelumnya. Akuisisi ini diproyeksikan memberikan dampak positif terhadap kinerja keuangan Prodia dalam jangka menengah hingga panjang.
Mulai tahun 2026, investasi ini diperkirakan menyumbang laba bersih sebesar Rp2,3 miliar dan meningkat bertahap hingga Rp10,6 miliar pada 2030. Dari sisi aset, transaksi ini menambah nilai sebesar Rp1,4 miliar di 2025 dan diproyeksikan tumbuh menjadi Rp30,6 miliar di 2030.
Direktur Utama Prodia, Dewi Muliaty mengungkapkan bahwa aksi ini memperkuat keberlanjutan layanan kesehatna berbasis sain dan menjawab kebutuhan masyarakatn.
“Kolaborasi ini juga membuka pintu bagi ekspansi bisnis ke sektor terapi canggih yang selama ini masih terbatas implementasinya,” kata Dewi di kesempatan yang sama.
Dari akusisi 30 persen saham ProStem diharapkan bisa memberikan dampak positif terhadpa pertumbuhan kinerja finansial Prodia.Sinergi antara Prodia dan ProStem juga membuka ruang ekspansi ke layanan terapeutik, memperkuat research and development serta diversifikasi portofolio layanan klinis.